Rabu, 01 Juli 2015

Laporan PKL. Tata laksana pemeliharaan sapi Bali di Desa Marapokot, Kec. Aesesa, Kab. Nagekeo-NTT



PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang
Sesuai dengan perkembangan teknologi, kebutuhan manusia tampaknya semakin meningkat, baik kebutuhan akan pangan diantaranya meliputi kebutuhan energi dan protein. Untuk mencukupi kebutuhan protein asal hewani maka budidaya sapi Bali untuk ternak potong sangat besar peranannya.
            Sapi potong merupakan penghasil daging dan juga merupakan salah satu penghasil sumber protein hewani yang merupakan bahan pangan bagi masyarakat, oleh karena itu untuk mengimbangi permintaan daging asal sapi potong oleh masyarakat sebagai bahan pangan, maka daging asal sapi potong ini selalu tersedia setiap waktu. Ketersediaan daging asal sapi potong dapat dilakukan dengan cara meningkatkan produksi daging sapi potong.
            Peningkatan produksi sapi potong harus dibarengi dengan sistem pemeliharaan yang baik. Pemeliharaan sapi potong di Indonesia dilakukan degan cara pemeliharaan yaitu, secara ekstensif, semi intensif dan intensif. Pada umumnya sapi-sapi yang dipelihara secara intensif hampir sepanjang hari berada dalam kandang dan diberikan pakan yang cukup, sehingga cepat proses penggemukan, sedangkan cara ekstensif sapi-sapi tersebut dilepas dipadang pengembalaan dan digembalakan sepanjang hari. Selain itu juga bibit (genetik) dan asal bakalan sapi potong yang dipelihara harus mengimbangi dengan kondisi linggkungan pemeliharaan atau lokasi kandang sapi potong.
            Selain dari bibit yang digunakan, faktor penentu dalam keberhasilan usaha pemeliharaan sapi potong adalah bahan pakan yang digunakan. Hijauan merupakan bahan pokok bagi ternak ruminansia, namun kandungan gizi yang terdapat pada hijauan belum mampu memenuhi kebutuhan zat-zat makanan yang dibutuhkan oleh sapi potong baik untuk hidup pokok maupun untuk produksi, oleh karena itu sangat diperlukan pakan tambahan seperti konsentrat. Disamping itu juga sangat dibutuhkan bioteknologi terhadap bahan pakan dalam upaya meningkatkan kecernaan, khususnya bahan pakan berasal dari limbah pertanian dan perkebunan.
Semua urain tersebut diatas merupakan tuntutan keberhasilan tata laksana pemeliharaan sapi Bali, oleh karena itu dilakukan PKL dengan judul Tatalaksana Pemeliharaan Sapi Bali Di Kelompok Tani Tunas Baru, Desa Marapokot, Kecamatan Aesesa, Kabupaten Nagekeo, provinsi Nusa Tenggara Timur.
B.    Tujuan PKL
Tujuan dari PKL adalah untuk memperluas wawasan serta meningkatkan keterampilan dalam pengelolaan tatalaksana pemeliharaan ternak sapi potong, khususnya sapi Bali.

C.    Manfaat PKL
Manfaat dari PKL adalah untuk memperoleh pengalaman secara langsung mengenai tatalaksana pemeliharaan sapi Bali, sebagai bahan informasi bagi pembaca dan untuk pengembangan ilmu pengetahuan.


















TINJAUAN PUSTAKA

A.     Gambaran Umum Sapi Bali
Sapi Bali merupakan keturunan dari sapi liar atau Banteng (Bos Sondaicus) yang telah mengalami proses domestikasi selama ratusan tahun. Sebagai akibat dari proses domestikasi yang cukup lama, ukuran tubuh sapi Bali menjadi lebih kecil dibandingkan dengan banteng. sapi Bali dewasa dapat mencapai tinggi badan 130 cm dengan bobot badan jantan dewasa antara 350 – 450 kg dan sapi Bali jantan pada umur 6 – 8 tahun dapat mencapai bobot badan 450 kg (Siregar, 2013).
Menurut fradson (1992), bangsa sapi Bali memiliki klasifikasi taksonomi sebagai berikut:
Phylum                      : Chordata
Class                          : Mamalia
Ordo                           : Artiodactyla
Sub ordo                    : Ruminansia
Family                                    : Bovidae
Genus                                    : Bos (Cattle)
Spesies                      : Bos sondaicus (Banteng/Sapi Bali)
Menurut Hasanudi (1997), sapi Bali mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1)     Warna sapi jantan adalah coklat ketika muda tetapi kemudian warna ini berubah agak gelap pada umur 12--18 bulan sampai mendekati hitam pada saat dewasa, kecuali sapi jantan yang dikastrasi akan tetap berwarna coklat. Pada kedua jenis kelamin terdapat warna putih pada bagian belakang paha (pantat), bagian bawah (perut), keempat kaki bawah (white stocking) sampai di atas kuku, bagian dalam telinga, dan pada pinggiran bibir atas.
2)     Kaki di bawah persendian telapak kaki depan (articulatio carpo metacarpeae) dan persendian telapak kaki belakang (articulatio tarco metatarseae) berwarna putih. Kulit berwarna putih juga ditemukan pada bagian pantatnya dan pada paha bagian dalam kulit berwarna putih tersebut berbentuk oval (white mirror). Bulu sapi Bali dapat dikatakan bagus (halus) pendek-pendek dan mengkilap.
3)     Ukuran badan berukuran sedang dan bentuk badan memanjang.
4)     Badan padat dengan dada yang dalam.
5)     Tidak berpunuk
6)     Kakinya ramping, agak pendek menyerupai kaki kerbau.
7)     Pada tengah-tengah punggungnya selalu ditemukan bulu hitam membentuk garis memanjang dari gumba hingga pangkal ekor.
8)     Cermin hidung, kuku dan bulu ujung ekornya berwarna hitam.
9)     Tanduk pada sapi jantan tumbuh agak ke bagian luar kepala, sebaliknya untuk jenis sapi betina tumbuh ke bagian dalam.

B.    Tatalaksana Perkandangan
Kandang merupakan salah satu unsur penting dalam membudidayakan sapi  Bali. Kandang tidak hanya berfungsi sebagi tempat tingal selama masa proses penggemukan, namun kandang juga berfungsi sebagai tempat perlindungan tehadap berbagai aspek yang mengganggu sapi seperti cuaca, misalnya hujan, panas dan angin kencang (Siregar, 2013).
Siregar (2013), menyatakan dalam tatalaksana perkandangan perluh memperhatikan persyaratan kandang. Kandang yang dibangun untuk sapi harus memberikan kemudahan dalam perawatan, mencegah sapi tidak berkeliaran dan tetap terjaga kebersihannya. Adanya kandang pengamanan terhadap ternak lebih terjamin dan sapi tidak akan berkeliaran di luar kandang. Oleh karena itu, pembuatan kandang sapi bali untuk penggemukan memerlukan beberapa persyaratan yaitu: Memberikan kenyamanan bagi ternak, memnuhi persyaratan bagi kesehatan sapi, memiliki ventilasi atau pertukaran udara yang sempurna dan mudah dibersikan dan selalu terjaga kebersihannya.
Pembuatan kandang pada suatu lokasi tidak terlepas dari pertimbangan lingkungan. Penentuan dalam memilih lokasi antara lain, ketersediaan sumber  air untuk minum, memandikan dan membersihkan kandang ternak,  dan dekat dengan sumber pakan,  kemudahan  akses  transportasi  untuk  penyediaan pakan dan pemasaran,  tersedia areal untuk perluasan jika dibutuhkan,  lokasi  lebih  tinggi  dari  sekelilingnya  sehingga memudahkan  untuk  pembuangan  limbah  dan menghindari genangan air pada waktu hujan, jarak  kandang  dengan  bangunan  umum  dan perumahan minimal 10 m,  tidak mengganggu kesehatan lingkungan,  relatif jauh dari jalan umum dan  limbah ternak dapat tersalur dengan baik. 
Pemembangun kandang, perluh memperhatikan konstruksi kandang. Konstruksi kandang sebaiknya terdiri dari; Bahan yang kuat dan menjamin kenyamanan dan keamanan bagi pegawai/buruh dan ternaknya, kandang harus dapat memenuhi daya tamping dan pertukaran udara di dalam kandang harus menjamin kelancarannya, lantai kandang harus kuat dan tidak licin sebaiknya terbuat dari coran semen untuk menjamin kebersihan kandang dan memudahkan untuk didesinfeksi, posisi lantai kandang harus lebih tinggi dari pada tanah sekelilingnya dan agak miring kearah selokan di luar kandang dan kandang sapi tidak boleh tertutup rapat, tetapi agak terbuka agar sirkulasi udara didalamnya lancer (Sugeng, 2008).
Kandang di daerah pantai dan dataran rendah berbeda dengan kandang di daerah pegunungan. Kandang di daerah pantai atau dataran rendah dibangun lebih tinggi sehingga udara panas dapat bergerak dan berganti. Bahan atap dipilih yang tidak menimbulkan efek terlalu panas seperti atap dari genteng, rumbia, ijuk dan sebagainya (Sariubang. 2000). Ukuran kandang yang dibuat untuk seekor sapi jantan dewasa adalah 1,5 x 2 m atau 2,5 x 2 m, sedangkan untuk sapi betina dewasa adalah 1,8 x 2 m dan untuk anak sapi cukup 1,5 x 1 m per ekor, dengan tinggi atasp 2 - 2,5 m dari tanah. Panjang tempat pakan dan air minum adalah selebar kandang sapi, yakni sekitar 1,45 – 1,5 m. Di antra tempat pakan dan air minum dibuat sekat setebal 7,5 – 10 cm (Sarwono, 2002).
Perlengkapan lain yang perluh disediakan selain tempat pakan dan tempat minum yakni sapu, sikat, sekop, sabit, dan tempat untuk memandikan sapi. Semua peralatan tersebut adalah untuk membersihkan kandang agar sapi terhindar dari gangguan penyakit sekaligus bisa dipakai untuk memandikan sapi (Subronto, 1985).
C.    Tatalaksana Pengadaan dan Pemberian Pakan
Pakan merupakan komponen penting dalam proses penggemukan sapi. Pakan yang baik adalah pakan yang memenuhi kebutuhan nutrisi bagi ternak yakni, dapat memenuhi kebutuhan protein, karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral untuk pertumbuhan bobot badanya (Anonimus, 1983).
Pakan adalah semua bahan makanan yang dapat diberikan kepada ternak dan tidak mengganggu kesehatan ternak. Kebutuhan ternak terhadap jumlah pakan tiap harinya tergantung dari jenis atau spesies, umur dan fase pertumbuhan ternak (dewasa, bunting dan menyusui). Penyediaan pakan harus diupayakan secara terus-menerus dan sesuai dengan standar gizi ternak tersebut (Kusnadi, 1992).
Umumnya bahan pakan terdiri dari 2 macam, yaitu pakan berserat (roughages) dan pakan penguat (konsentrat). Kelompok bahan pakan berserat adalah hijauan (rumput alam, rumput budidaya, leguminosa, dan tanaman lainnya) serta limbah pertanian (jerami padi, daun/jerami jagung, pucuk tebu). Bahan pakan konsentrat terdiri dari biji-bijian, umbi-umbian, bahan pakan asal hewan, dan limbah industri pertanian. Pemberian bahan pakan tambahan (feed additive), berupa vitamin, mineral, antibiotika, hormon, enzim (Anggorodi, 1994).
Pakan yang diberikan pada ternak sapi penggemukan diarahkan untuk mencapai pertambahan bobot badan yang setinggi-tingginya dalam waktu relatif singkat. Untuk itu pemberian pakan hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan ternak baik dari segi kuantitas maupun nilai gizinya. Pakan hijauan diberikan pada sapi sebanyak 10 – 12 % dan pakan konsentrat 1 – 2 % dari bobot badan ternak. Pemberian hijauan dapat dilakukan 3 kali sehari yakni pada pagi hari, siang hari dan sore hari, sedangkan pakan konsentrat diberikan pagi hari sebelum pemberian hijauan (Siregar, 2013).
D.    Tatalaksana Pengadan dan Pemberian Air Minum
Air memang tidak dapat  terlepas dari mahluk hidup. Pada umumnya, kandungan air dalam tubuh hewan mencapai 70 % dari berat tubuhnya, oleh sebab itu, tidak dapat disangkal jika air termasuk salah satu komponen yang sangat penting dalam tubuh ternak (Anonimous, 1991).
Pada tubuh ternak sapi, air memiliki peranan yang sangat penting. Air digunakana sebagai media untuk mengatur suhu tubuh, membantu proses pencernaan, mengangkat zat-zat pakan, dan yang paling penting adalah mengeluarkan bahan-bahan yang sudah tidak berguna dari dalam tubuh sapi. Namun, tidak semua sapi memiliki kebutuhan air yang sama. Kebutuhan akan air tersebut  tergantung kepada  beberapa faktor seperti dari jenis apa sapi tersebut, kondisi iklim, tempat bermukim sapi tersebut, umur sapi dan jenis pakan yang di berikan. Sapi yang berumur lebih muda cenderung lebih banyak membutuhkan air dibandingkan dengan yang lebih tua.
             Kebutuhan sapi  akan air dapat diberikan dari berbagai cara. Pemenuhan kebutuhan air  dapat dilakukan melalui air minum.  air yang terkandung didalam pakan atau melalui air yang berasal dari metabolisme  zat yang terkandung didalam pakan. Pada dasarnya semua bahan pakan mengandung air. Untuk bahan pakan kasar seperti  hijauan segar atau rerumputan kandungan airnya cukup tinggi, hingga 85 %. Oleh sebab itu, hewan tropis, seperti sapi dapat  bertahan hidup tanpa air minum. Sapi-sapi didaerah tropis dapat bertahan hidup  dengan mengandalkan air dari pakan hijauan yang dikonsumsi. Bahan pakan berupa biji-bijian, kandungan airnya lebih sedikit sekitar 10 - 25 % saja.
           Seekor sapi setiap hari rata-rata membutuhkan air antara 3 - 6 liter/ 1kg pakan kering. Oleh sebab itu, air harus cukup tersedia di kandang apabila menginginkan pertumbuhan sapi yang baik. Kebutuhan air minum bagi sapi sebanyak 20 – 40 liter/ekor/hari, namun sebaiknya diberikan secara adlibitum (Abidin, 2002).
E.     Tatalaksana Pencegaha dan Penanganan Penyakit
Penyakit merupakan hal yang sangat merugikan dalam usaha sapi potong, baik usaha pembibitan maupun penggemukkan. Oleh karena itu usaha pencegahan dan pengendalian penyakit sangat diperlukan agar sapi yang dipelihara tetap sehat (Siregar, 2003).
a)    Tanda-tanda sapi sehat adalah sebagi berikut:
1)    Nafsu makan besar dan agakrakus
2)    Minum teratur (kurang lebih 8 kali sehari)
3)    Mata merah, jernih dan tajam, hidung bersih, memamah biak bila istirahat
4)    Kotoran normal dan tidak berubah dari hari kehari
5)    Telinga sering digerakkan, kaki kuat, mulut basah
6)    Temperatur tubuh normal antara 38,5 – 39 0C dan lincah
7)    Jarak siklus berahi ternak teratur (terutama sapi betina atau induk)
b)    Tanda-tanda sapi sakit adalah:
1)    Mata suram, cekung, mengantuk dan telinga terkulai
2)    Nafsu makan berkurang, minumnya sedikit dan lambat
3)    Kotoran sedikit, diare atau kering dan keras
4)    Badan panas, detak jantung dan pernapasan tidak normal
5)    Badan menyusut, berjalan sempoyongan
6)    Kulit tidak elastis, bulu kusut, mulut dan hidung kering
7)    Temperatur tubuh naik-turun
Menurut Subronto (1985), penanganan kesehatan ternak dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu: Melakukan vaksinasi, melakukan pencegahan penyakit, pengobatan penyakit pada ternak yang diderita, pengafkiran dan pembasmian penyakit.
Jenis penyakit yang biasa di derita ternak yaitu:
1)     Penyakit Antraks
Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Bacillus anthracis. Penyakit antraks tergolong berbahaya dan mematikan. Jenis penyakit ini juga dapat mematikan ternak dalam kurung waktu yang relative cepat.
Penularan penyakit:
1)    Terjadi melalui kontak langsung sentuhan kulit, makanan, minuman, dan pernapasan.
2)    Penyakit ini menyerang semua sapi dari berbagai tingkatan umur dan bisa menular kepada manusia.
Gejala penyakit ditandai dengan:
1)    Bemam tinggi atau suhu badan meningkat
2)    Badan lemah dan gemetar
3)    Pernapasan terganggu
4)    Terjadi pembengkakan pada kelenjar dada, leher, alat kelamin, badan dipenuhi bisul
5)    Keluar darah berwarna merah kehitaman melalui hidung, telinga, mulut, anus, dan vagina
6)    Kotoran ternak cair dan sering bercampur darah
7)    Limpa bengkak dan berwarna kehitaman
Pencegahan penyakit dilakukan dengan memberikan vaksin spora (Max Sterne) dosis 1 ml setiap 6 bulan sekali atau serum anti-antraks dosis 50100 ml per ekor sapi.
Pengobatan sulit dilakukan karena dapat menyebarkan penyakit kepada sapi yang lain. Karena itu, sapi yang terkena antraks harus segera dipotong dan dibakar atau dikubur dengan kedalaman lebih dari 2 m.
2)     Penyakit Ngorok (Mendengkur) Penyakit Septichaema Epizootica (SE)
Penyakit ngorok adalah penyakit yang menyerang saluran pernapasan sapi yang berusia muda (Umur 6 - 24 bulan). Penyakit ini disebabkan oleh bakteri PastureIla multocida. Bakteri ini biasanya menyerang sapi yang baru mengalami perjalanan jauh.
Penularan penyakit:
1)     Terjadi melalui makanan dan minuman terkontaminasi bakteri
Gejala penyakit ditandai dengan:
1)    Membengkaknya kulit kepala dan selaput lendir lidah disertai warna merah dan kebiruan
2)    Membengkaknya leher, anus, dan vulva
3)    Paru-paru meradang
4)    Sapi mengalami demam dan sulit bernapas sehingga terdengar mengorok. Dalam keadaan sangat parah, sapi akan mati dalam waktu antara 12 - 36 jam.
Pencegahan penyakit ini dilakukan dengan memberikan vaksinasi anti-SE, setiap 6 bulan sekali. Sementara pengobatannya dapat dilakukan dengan memberikan antibiotika atau sulfa.
F.     Tatalaksana Pemasaran
Pemasaran adalah suatu tuntutan kegiatan atau jasa yang dilakukan untuk memindahkan suatu produk dari titik produsen ke titik konsumen (Fiani, 2000). Pemasaran hasil sapi potong selain dipasarkan sebagai sapi potong berupa produk daging, juga sering dijual dalam keadaan hidup dan sebaiknya memilih standar harga per kilogram berat hidup. Hasil panen ternak sapi potong dapat berupa daging dan kulit serta hasil sampingnya berupa pupuk tau gas bio.
Usaha peternakan yang bergerak di bidang penggemukan sapi potong perlu memperhatikan, lama waktu yang digunakan untuk menggemukkan sapi potong berkisar antara 3 - 6 bulan sesuai umur dan kondisi sapi pada waktu mulai penggemukan.
1)     Minimal satu bulan terakhir sebelum di pasarkan dari pemberian ransum konsentrat ditingkatkan dari pemberian biasa dan penggunaan anti biotik dan chemotropic diharapkan memperhatikan withdraw (waktu henti obat).
2)     Dilarang memperjual belikan daging yang berasal dari sapi potong selama pengobatan anti biotika atau hormon untuk konsumsi manusaia, kecuali apablia ternak tersebut dipotong sesuai ketetuan atau standar Withdrawaltime obat yang digunakan.
3)     Berat sapi potong siap jual minimal 250 kg dan persilangan atau impor  350 kg.
Umur dan berat badan, usia sapi charolasi yang ideal untuk digemukkan adalah mulai 1,5 - 2,5 tahun. Disini kondisi sapi sudah mulai maksimal pertumbuhan tulangnya dan tinggal mengejar penambahan massa otot (daging) yang secara praktis dapat dilihat dari gigi yang sudah cukup bagus.




PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA LAPANG

A.     Waktu dan Tempat
Kegiatan PKL ini telah dilaksanakan sejak tanggal  01 Juli 2014 sampai dengan tanggal 01 September 2014 di Kelompok Tani Tunas Baru, Desa Marapokot, Kecamatan Aesesa, Kabupaten Nagekeo, Provinsi Nusa Tenggara Timur
B.    Materi Praktek
Materi digunakan dalam kegiatan PKL ini adalah sapi Bali sebanyak 10 ekor yang dipelihara secara intensif. Pakan yang digunakan hanya pakan yang berasal dari hijauan.
Jenis hijauan yang digunakan di tempat PKL adalah; Rumput gajah, rumput lapangan, alang-alang, rumput teki, jerami padi dari sisa limbah pertanian dan leguminosa (Centrosema pubences ). Fasilitas yang digunakan di tempat PKL adalah: Kandang, sarana sanitasi kandang dan ternak, sumber air dan listrik, alat pengolahan lahan hijauan makanan ternak dan sarana pengadaan bahan pakan dari lahan hijauan makanan ternak.   
C.    Kegiatan Praktek
Kegiatan yang dilakukan selama PKL terdiri atas dua kegiatan yaitu, kegiatan yang sifatnya rutin dan kegiatan yang sifatnya tidak rutin yaitu:

1)    Kegiatan Rutin
Pemotongan hijauan dan mencacah hijauan, pembersihan tempat makan dan minum, pemberian pakan dan air minum, sanitasi  kandang.
2)    Kegiatan Tidak Rutin
Sanitasi ternak atau memandikan ternak, pemberian antibiotik (vitamin) dan pencegahan penyakit pada ternak sapi dengan cara injeksi.














HASIL DAN PEMBAHASAN

1.     UMUM
A.     Sejarah Singkat Kelompok Tani Tunas Baru
Sebelum berdirinya nama Kelompok Tani Tunas Baru, kelompok ini sudah memiliki nama kelompok yaitu: Gabugan kelompok tani (Gapoktan) dan kelompok tani gotong royong dengan istilah (Voe), dibentuk berdasarkan inisiatif petani Desa Marapokot sejak tahun 1987. Kedua kelompok ini memiliki angota yang sama dan berpartisipasi aktif dalam mebangun kelompok dengan jumlah anggota kelompok sebanyak 10 0rang. Melihat hasil kerja sama kelompok ini memiliki keuntungan dibidang keuangan akirnya kedua kelompok ini melakukan simpan pinjam uang untuk angota maupun nasabah luar yang ingin meminjam dengan bunga sesuai hasil pinjamanya.
            Awal tahun 2009 Dinas Pertanian Peternakan Kabupaten Negekeo melihat bahwa usaha kelopmok tani Gapoktan dan kelompok Voe sangat efisien di bidang pertanian yakni tanaman Padi. Mulailah kerjasama antara kedua kelompok atas bimbingan Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Kabupaten Nagekeo atas nama Ibu Mince sebagai pembimbing lapang. Dalam membangun usaha yang lebih modern dan efisien, Pemerintah Kabupaten Nagekeo, Dinas Pertanian Peternakan merencanakan memberikan sumbangan atau bantuan ternak sapi Bali  sebanyak 20 ekor untuk kelompok ini, serta bantuan pembuatan kandang ternak sapi dan gudang alat mesin pertanian (Alsinta). Tindakan ini merupakan program dinas terhadap petani sebagai salah satu sisi untuk meningkatkan sumberdaya manusia (SDM).
Tahun 2009, mulai membentuk kelompok menjadi kelompok tani tunas baru Marapokot, Bapak Edmundus ketua poktan, Tolentinus Neku sebagai pembimbing lapan (PPL) berjumlahkan angota sepuluh (10) orang dengan struktur organisasi yang jelas hingga terwujutnya bantuan kepada kelompok tani tunas baru, dari Pemerintah Kabupaten Nagekeo Dinas Pertanian Peternakan, yakni memberikan sumbangan atau bantuan ternak sapi Bali sebanyak 20 ekor dan tiap angota meiliki 2 ekor sebagai usaha awal di bidang peternakan dan bantuan pembuatan kandang ternak sapi serta gudang Alat mesin pertanian.
Pemberian bantuan ini dengan syarat pengembalian hasil bantuan yang diberikan dinas peternakan kepada kelompok tani tunas baru, yaitu dari hasil keuntungan penjualan ternak sapi, untuk petani 70% pengembalian pada dinas 30% dari hasil keuntungan yang diperoleh. Keuntungan 70% tersebut untuk melakukan pengadaan kembali bakalan ternak sapi Bali.
Setelah penjualan ternak sapi, petani tidak lagi mengembangkan peluang usaha tersebut.  Adapun beberapa anggota petani tidak ikut serta dalam keaktifan kelompok untuk melakukan kerja sama, angota petani yang bertahan sekitar lima orang termaksut bapak ketua poktan tunas baru yang masih aktif dalam usaha pengemukan ternak sapi hingga sekarang.
Selama usaha pengemukan sapi potong ini menjalin hubungan kerja sama antara dinas dan kelompok tersebut. usaha di kelompok tani tunas baru ini banyak mendapat bantuan dan perhatian khusus dari Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Nagekeo. Tahun 2010 sampai sekarng, usaha ini mulai berdiri sendiri dengan jumlah angota tetap dan tidak lagi menjalin hubungan kerja sama antara dinas setempat dengan masyarakat kelompok tani tunas baru.
B.    Gambaran Umum Lokasi Praktek
PKL ini berlangsung di lokasi kandang milik kelompok tani tunas baru. Letaknya cukup strategis, keadan iklimnya baik dan pusat lokasi kandang dekat dengan darah persawahan milik masyarakat Desa Marapokot. degan letak topografi dan demografi sebagai berikut:
a)     Batas wilayah
1)     Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Flores
2)     Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Nagadhero 
3)     Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Danga       
4)     Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Tonggurambang
b)     Luas wilayah 1.002 ha/m2
c)     Keadaan Iklim
1)     Curah hujan                                                 : 121.92 Mm/tahun
2)     Rata-rata hari hujan                                                : 10 Hari/tahun
3)     Jumlah bulan hujan                                                : 5 Bulan
4)     Kelembapan                                                 : Rendah
5)     Suhu rata-rata harian                                  : 32 0C
6)     Ketinggian dari permukaan laut                : 1 Meter
7)     Kemiringan tanah                                        : 00
d)     Orbitasi
1)      Jarak ke Ibukota kecamatan                      : 14 Km
2)      Jarak ke Ibukota Kabupaten                      : 14 Km
3)      Jarak ke Ibukota Propinsi                           :  310,20  Km
e)     Jumlah penduduk                                                : 1961 Jiwa
f)      Pendidikan/tingkat pendidikan
1)     SMP/Sederajat                                              : 180 Orang
2)     SMA/Sederajat                                              : 147 Orang
3)     D1-D2//Sederajat                                          : 6 Orang
4)     D3/Sederajat                                                 : 4 Orang
5)     S1//Sederajat                                                            : 33 Orang
g)     Mata pencaharian pokok
1)    Petani                                                              : 660 Orang
2)    Buruh tani                                                     : 45 Orang
3)    Peternak                                                         : 1 Orang
4)    Nelayan                                                          : 225 Orang
5)    Swasta                                                                        : 5 Orang
6)    PNS/Polri/TNI                                                 : 12 Orang
7)    Pengusaha kecil dan menengah              : 11 Orang
C.    Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana yang ada di kelompok tani tunas baru, yaitu sebagai berikut:
a)     Kandang dan Fasilitas Kandang
Kandang sapi Bali milik kelompok tani tunas baru, berbentuk kandang tungal atau satu baris dengan posisi menghadap kearah timur matahari terbit, hal ini merupakan sistem yang digunakan petani kelompok tunas baru dengan tujuan agar sinar matahari lagsung menembus pada ternak sebagai sinar ultraviolet untuk antibodi dan mencegah terjadinya kelembaban dalam kandang.
Kandang yang dibuat untuk pemeliharan sapi Bali di kelompok tani tunas baru telah memenuhi persyaratan mutu kandang. Kontruksi kandang sapi Bali yang dibuat pada usaha milik kelompok tani tunas baru yaitu: Dinding terbut dari kayu, atap terbut dari daun kelapa berbentuk shade, tempat pakan dan tempat minum serta lantai kandang dan drainase terbuat dari campuran semen. Ukuran kandang di lokasi PKL adalah sebagai berikut: Panjang kandang keseluruhan 10 meter, ukuran untuk satu ekor sapi Bali jantan 2,25 m x 1,5 m, tempat pakan 100 cm x 70 cm x 40 cm, tempat minum 70 cm x 30 cm x 40 cm.
Fasilitas kandang yang disediakan dalam melaksanakan usaha pemeliharaan dan penggemukan sapi Bali di lokasi PKL yaitu, kandang, sarana sanitasi kandang dan ternak, sumber air dan listrik, alat pengolahan lahan hijauan makanan ternak dan sarana pengadaan bahan pakan dari kebun hijauan makanan ternak.
b)     Sumber Air dan Listrik
Air yang dimanfaatkan untuk usaha pemeliharaan sapi Bali di kelompok tani tunas baru yaitu, air yang bersumber dari sumur galian yang dibantu dengan mesin pompa untuk mengisap. Air tersebut dimanfaatkan sebagai air minum  bagai ternak dan keperluan sanitasi ternak serta alat-alat kandang. Listrik sebagai penerang dalam kandang pada malam hari.
c)     Kebun HMT (Hijauan Makanan Ternak)
Hijauan adalah salah satu bahan makanan ternak yang sangat penting, serta besar manfaatnya bagi kehidupan dan kelangsungan populasi ternak. Kebun rumput hijauan makanan ternak merupakan faktor penunjang dalam usaha budidaya ternak, baik skala besar maupun skala kecil (Anonimous, 1983).
Kebun rumput di lokasi PKL milik kelompok tani tunas baru yaitu, memanfaatkan lahan sawah untuk ditanami hijauan dan leguminosa serta dilakukan juga perawatan lahan hijauan makanan ternak yaitu: pengaturan saaluran darinase, penyulaman hijauan, pembersihan gulma dan pemanenan. Pemanenan hijauan ini dengan cara motongan batang rumput dengan ketinggian 2 - 3 cm dari permukan tanah degan tujuan untuk mempercepat proses anakan dari rumput tersebut.
Alat yang digunakan berupa, parang dan sabit digunakan untuk mebersikan gulma dan memotong hijauan, karung untuk mengisi hijauan dan gerobak sebagai alat pengangkutan hijauan dari lahan menuju kandang. Pacul digunakan untuk membersikan saluran darinase pada bedengan.
d)     Sanitasi Kandang dan Ternak  
Sanitasi adalah suatu proses yang meliputi perencanaan, pengarahan dan pengawasan yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang direncanakan, yaitu menjaga kesehatan melalui kebersihan agar ternak bebas dari suatu inveksi penyakit (Sugeng, 1998). Sanitasi dilakukan terhadap ternak, kandang, lingkugan sekitar kandang, perlengkapan dan peralatan kandang serta peternak (Murtidjo, 1990).
Kegiatan sanitasi kandang dan ternak di lokasi PKL yaitu dengan cara sebagai berikut: Sanitai kandang yaitu, membersikan tempat pakan dan minum, menyapu dan menyiram lantai kandang dari kotoran sapi serta mengumpulkan kotoran sapi.
Alat dan bahan yang digunakan sapu lidi, ember dan air untuk menyiram lantai, pendorong digunakan untuk membersikan kotoran sapi dan selokan, sekop untuk mengakat kotoran sapi. Sanitasi ternak yaitu, memndikan ternak sapi, membersikan tubuh ternak dari lengketan kotoran. Alat dan bahan yang digunakan yaitu, ember dan air, pengayung, sikat, deterjen digunakan untuk membersikan tubuh ternak.
KHUSUS
A.     Manajemen Pengadaan Ternak
Sapi bakalan yang dipelihara  di usaha milik kelompok tani tunas baru ini adalah, sapi bakalan sejenis dan mempunyai keseragaman umur, jenis kelamin, bobot badan, kondisi tubuh, dan jumlah ternak bakalan sepuluh (10) ekor.
Hal-hal yang diperhatikan saat PKL dalam memilih bakalan untuk usaha penggemukan sapi potong yaitu, sebagai berikut:
a)     Jenis dan Umur Bakalan
Jenis sapi bakalan yang dipilih dalam melakukan kegiatan usaha untuk pengemukan sapi potong milik kelompok tani tunas baru,  adalah sapi Bali jantan yang mempunyai nilai produktivitas tinggi dan unggul.
Jenis bakalan yang dipilih yaitu: Berumur 1 2 tahun, jenis kelamin jantan, bentuk tubuh panjang, bulat dan lebar, Pandangan mata bersinar cerah dan bulu halus dan kotoran atau fesesnya normal.
b)     Asal Bakalan
Sumber atau asal bakalan yang dipelihara pada usaha pengemukan ternak sapi potong di kelompok tani tunas baru yaitu diperoleh dari berbagai sumber, diantaranya pembelian langsung dari pasar hewan dan berasal dari dalam provinsi setempat, yaitu  dari Kabupaten Manggari Timur. Bakalan yang diperoleh adalah bakalan yang sejenis dan memiliki keseragaman umur. Jenis bakalan yang dipilih adalah sapi Bali.
Pemilihan bakalan dengan melihat kondisi fisik ternak dan bentuk tubuh atau penampilan dari luar yang diperhatikan seperti, warna bulu, pandangan mata, tidak adanya eksternal parasit pada kulit dan bulunya, tidak ada tandatanda kerusakan dan kerontokan pada bulu (licin dan mengkilat), hidungnya bersih dan basah dan juga Keempat kaki memperoleh titik berat sama, hal ini merupakan tujuan utama yang dicari peternak ketika persaratan mutu genetiknya sudah memenuhi. Salah satu cara untuk mepercepat proses pertumbuhan dan pertambahan bobot badan ternak sapi Bali saat penggemukan.
B.    Aspek Kegiatan Yang Dikerjakan
1)     Tatalaksana pemberian pakan
Pakan merupakan komponen penting dalam proses penggemukan sapi. Pakan yang baik adalah pakan yang memenuhi kebutuhan nutrisi bagi ternak yakni, dapat memenuhi kebutuhan protein, karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral untuk pertumbuhan bobot badanya (Anonimus, 1983).
Kebutuhan nutrisi pakan sapi untuk tujuan produksi (pembibitan dan penggemukan) dapat dilihat pada table 1.
Tabel 1. Kebutuhan nutrisi pakan sapi
Bahan Pakan
Tunjuan Produksi
Pembibitan
Penggemukan
Kadar air
12
12
Bahan kering
88
88
Protein kasar
10,4
12,7
Lemak kasar
2,6
3
Serat kasar
19,61
18,4
Kadar abu
6,8
8,7
TDN
64,2
64,4
Sumber : Komposisi pakan untuk Indonesia. Tillman, 1997

Jenis pakan yang biasa diberikan untuk penggemukan sapi Bali potong di lokasi PKL yaitu: Rumput gaja, rumput lapangan, alang-alang, rumput teki, jerami padi dari sisa limbah pertanian dan leguminosa (Centrosema pubences).
Hijauan yang tumbuh memiliki potensi kandungan nutrisi yang berbeda-beda bahkan protein kasar yang terkandung di dalam hijauan tersebut bisa mencapai 20 - 35%. Jauh dari kandungan konsentrat, namun harus dikombinasikan dengan hijauan yang lain agar kandungan proksimat sesuai dengan yang dibutuhkan  ternak, untuk itu hijauan pakan ternak sebaiknya dikombinasi tidak hanya satu jenis saja ketika diberikan pada ternak.
Anggorodi (1994), menetukan kandungan nutrisi yang terdapat dalam beberapa jenis hijauan, dapat dilihat pada tabel 2.
Table 2. Kandungan nutrisi hijauan
Jenis Hijauan
BK (%)
PK (%)
LK (%)
SK (%)
TDN (%)
Rumput gaja
89,9
9,1
2,3
33,1
46
R. lapangan
21,8
6,7
1,8
34,2
56,2
Alang-alang
91,81
6,5
1,88
18,2
54
Rumput teki
91,4
11,9
2,9
29,7
57
Jerami padi
87,5
4,2
1,5
32,5
43,2
Sumber data: Hasil analisis kimia bahan pakan. (PPIRB). Bogor, 2010
Sentrosema merupakan salah satu hijauan yang sangat baik diberikan kepada ternak karena mempunyai kandungan mineral dan protein yang tinggi. Selain merupakan hijauan yang mempunyai kualitas tinggi, sentro juga berperan sebagai  salah satu tanaman penutup tanah yang dikembangkan di areal revegetasi lahan dan berfungsi melindungi tanah revegetasi dari pengaruh hujan dan aliran permukaan, juga merupakan sumber pupuk organik, memperkuat agregat tanah dan memperbaiki ketersediaan air (Parakkasi, 1999).
Pemberian pakan dilokasi PKL, dilakukan juga pemberian leguminosa (Sentrosema pubences) yang dicampur dengan hijauan. Kandungan nutrisi pada leguminosa (Sentrosema pubences), dapat dilihat pada tabel 3.


Table 3.  Kandungan nutrisi leguminosa
Jenis Leguminosa
BK (%)
PK (%)
LK (%)
SK (%)
Centrosema pubences
24,1
16,8
4,0
36,5
Sumber data: Hasil analisis kimia bahan pakan. (PPIRB). Bogor, 2010
Pemberian pakan untuk sapi Bali jantan dilakukan setiap 2 kali dalam sehari yaitu, pagi dan sore hari secara adlibitum dan tidak melihat berat badan ternak sapi Bali. Perlakuan untuk pemberian pakan berupa hijauan dan campuran legiminosa, pertama-tama hijauan dicacah terlebih dahulu dan diberikan kepada ternak secara adlibitum. Kegiatan pemberian pakan dilakukan pada pagi hari sekitar jam 10.30 dan pada sore hari jam 04.00.
Pertambahan bobot badan ternak yang baik dan relativ cepat dapat tercapai dengan pemberian hijauan dan pakan konsentrat (pakan tambahan), dalam usaha penggemukan sapi Bali di kelompok tani tunas baru ini sengaja tidak menggunakan pakan konsentrat, sebab pengadaan hijauannya berlimpah dan kebutuhan hijauan sudah tercukupi untuk memenuhi kebutuhan energi dalam proses pertumbuhan.
Rata-rata bobot badan sapi bali untuk satu ekor,  berkisar antara   150-250 kg, dimana cara pemberian pakanya secara adlibitum, tanpa melihat kondisi dan kemapuan ternak dalam mencerna bahan pakan yang diberikan dan kandungan nutrisi yang terkandung didalam bahan pakan tersebut.
Tingginya harga bahan pakan tambahan (konsentrat) yang membuat petani peternak di kelompok tani tunas baru mencari alternatif pakan lain untuk meminimalkan biaya produksi pakan, Salah satu alternatif pakan murah dan melimpah yaitu hijauan. Usaha pengemukan sapi Bali di kelompok tani tunas baru merupakan usaha sampingan untuk menunjang kebutuhan ekonominya.
2)     Pemasaran Hasil
Pemasaran hasil merupakan tujuan akhir dari suatu kegiatan usaha,
ternak sapi yang layak jual yaitu ternak sapi yang sudah mencapai lama waktu penggemukan sekitar 6 - 8 bulan dengan.
Cara pemasaran yang biasa dilakukan di kelompok ini yaitu:
1)  Biasanya ternak milik anggota kelompok tani tunas baru dijual pada saat pembeli langsung ke lokasi kandang.
2)  Penjualan ternak sapi terhadap masyarakat setempat yang membutukan untuk acara kurban dan acara pesta.
Harga untuk satu ekor sapi Bali dengan lama waktu penggemukan 6 - 8 bulan mencapai kisaran harga Rp. 8.500.000 - Rp.9.000.000 tergantung kondisi fisik ternak sapi.
C.    Analisis Usaha
Analisis usaha bisa diartikan sebagai cara untuk mengetahui tingkat kelayakan sebuah jenis usaha. Tindakan ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui seberapa tinggikah tingkat keuntungan yang dihasilkan dan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan biaya investasi maupun titik impasnya.
Proses analisis usaha dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode atau cara. Berikut ini adalah beberapa poin yang harus dapat dihitung dan diketahui secara pasti:
a.    BEP (Break Even Point) yaitu: Pada dasarnya, sebuah usaha dinyatakan layak apabila nilai BEP produksi lebih besar daripada jumlah unit yang sedang diproduksi saat itu atau BEP harganya lebih kecil daripada harga yang sedang berlaku.
Rumus: BEP =         FC
                                       P   -  VC
 Keterangan: FC = Biaya tetap
                                P    = Harga jual perunit
                                VC = Biaya varibel
b.    BCR (Benefit Cost Ratio) yaitu: Perhitungan analisis BCR didasarkan pada tingkat suku bunga. Jika nilai BCR pada suku bunga berlaku lebih besar dari 1, usaha dikatakan layak secara ekonomi dan dapat dikatakan untuk dibangun.
Rumus: Pendapatan/Biaya Produksi

Hasil analisis usaha pemeliharaan sapi Bali di kelompok tani tunas baru, yaitu sebagai berikut:
1)     Biaya tetap
a.  Pembelian bakalan 10 ekor x Rp. 3.500.000           =  Rp. 35.000.000
b.  Penyusutsn kandang selama 5 Tahun                     =  Rp. 25.000.000
                                                                                          =  Rp.   4.000.000
Total biaya tetap                                                             =  Rp. 39.000.000
2)     Biaya tidak tetap
a.  Biaya obat-obatan 10 ekor sapi x @ Rp. 50.000        =  Rp. 500.000
b.  Alat-alat kandang
-        Gerobak                                                     =  Rp.     500.000
-        Sekop                                                         =  Rp.     200.000
-        Ember                                                         =  Rp.       50.000
-        Sapu                                                           =  Rp.       18.000
-        Biaya lain                                                   =  Rp.   1.000.000
            Total biaya tidak tetap                                                      =  Rp.   2.268.000
            Total biaya (biaya tetap + biaya tidak tetap)                 =  Rp. 41.268.000
3)     Penerimaan
a.  Penjualan sapi/ekor Rp. 8.500.000 x 10 ekor             =  Rp. 85.000.000
b.  Penjualan kotoran Rp. 1000 x 8 kg/ekor/hari x 10 ekor x 240 hari     
                                                                                     =  Rp. 19.200.000
c.   Penjualan urin Rp. 500 x 5 liter/ekor/hari x 10 ekor x 240 hari
=  Rp.    6.000.000
            Total penerimaan                                                          =  Rp. 110.200.000
4)     Keuntungan
Keuntungan adalah selisih total penerimaan dikurangi total biaya
Keuntungan             = Total penerimaan – Total biaya
                        = Rp. 110.200.000 – Rp. 41.268.000                                                        = Rp. 68.932.000
Keuntungan yang diperoleh adalah Rp. 68.932.000
5)     Break Event Point (BEP)
BEP                =        FC                  
                                P         VC
BEP               =           Rp. 39.000.000
                                                 Rp. 110.200.000 – Rp. 2.268.000
                                   =  Rp. 39.000.000
                                       Rp. 107.932.000
            BEP             =  Rp. 0,36
6)     Benefit Cost Ratio (BCR)
B/C                 = Pendapatan / Biaya produksi
                             = Rp. 110.200.000 / Rp. 38.508.000
B/C                 = 2.6
Dari perhitungan BCR di atas diperoleh angka 2,6 hal ini menunjukan bahwa usaha penggemukan sapi Bali yang dikelolah pada kelompok tani tunas baru menguntungkan. Anailsis Break Event Point (BEP) mendapatkan hasil 0,36, untuk mencapai break event point usaha ini harus menjalankan selama 0,36.















                       

KESIMPULAN DAN SARAN

A.     Kesimpulan
Berdasarkan kegiatan PKL, dibuat kesimpulan dari hasil pembahasan secara umum dan kusus yaitu, Lokasi pemeliharaan sapi Bali milik kelompok tani tunas baru sangat baik, dilihat dari keadaan geografisnya. Lokasi kandang dekat dengan sumber pakan, dekat dengan sumber air dan mudah dijangkau taransportasi.
Sistem  pemeliharaan sapi Bali di kelompok tani tunas baru yaitu, pemeliharaannya secara insentif dan masih bersifat skala tradisional, dalam tata laksana dan pemberian pakan hijauan dan leguminosa secara adlibitum. Pemberian pakan hijauan dan leguminosa dilakukan dua kali dalam sehari yakni, pagi dan sore. Pakan yang digunakan hanya pakan hijauan saja dan ditambah dengan leguminosa, sebelum melakukan pemberian pakan bagi ternak, pakan tersebut dicacah terlebih dahulu.
B.    Saran
Berdasarkan hasil kegiatan PKL pada usaha pemeliharaan sapi Bali di kelompok tani tunas baru, Desa Marapokot, Kecamatan Aesesa, Kabupaten Nagekeo, Nusa Tenggara Timur. Disarankan agar pemberian pakan disesuaikan dengan bobot badan ternak sapi dan dilakukan pula pemberian konsentrat untuk meningkatkan pertambahan bobot badan.
DAFTAR PUSTAKA

Anonimus, 1991. Beternak Sapi Potong. Kanisius. Yogyakarta.
Anonimus, 1983. Hijauan Makanan Ternak. Kanisius. Yogyakarta.
Anonimous, 1983. Hijauan Makanan Ternak. Kanisius. Yogyakarta.
Abidin, Z., 2002. Penggemukan Sapi Potong. Agro Media Pustaka. Yogyakata.

Anggorodi, R. 1994. Ilmu Makanan Ternak Umum. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Darmono. 1999. Tatalaksana Usaha Sapi Kereman. Kanisius, Yogyakarta.
Fradson, R. D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Gadjah Mada University Press.

Tillman. 1993. Tabel Komposisi Pakan untuk Indonesia. Cetakan ke-3. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Hasanudi. 1997. Pengelolaan Ternak Sapi Pedaging. FP-USU: Medan.
Kusnadi. 1992. Ilmu Makanan Ternak. PT Pembangunan, Jakarta.
Murtidjo,1990 Beternak Sapi Potong. Kanisius. Yogyakarta.
Parakkasi, A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminansia. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.

Sariubang, 2000. Sapi Potong.  Penebar  Swadaya.  Jakarta.
Sarwono,  2002. Penggemukan Sapi Potong Secara Cepat. Penebar Swadaya. Jakarta.

Siregar, S.B, 2003. Teknik Pemeliharan sapi. Penebar Swadaya. Jakarta.
Siregar, S.B, 2013. Bisnis Penggemukan Sapi. Penebar Swadaya. Jakarta.
Subronto. 1985. Ilmu Penyakit Ternak. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.

Sugeng, 2008. Sapi Potong. Penebar Swadaya. Jakarta.
                , 2010. Hasil analisis kima bahan pakan. (PPIRB). Bogor.



























2 komentar:

  1. ka tolong di kasih penjelasan , dapat hasil biaya produksi itu dari mana ka yg 38.508.000 itu , terima kasih.

    BalasHapus
  2. The Best Baccarat Sites in the World | WynnBET | Wagering Requirements
    At 제왕카지노 WynnBET, we are 바카라 사이트 truly one of the most trusted online casinos in America. WynnBET is not just a top-notch online casino, but also one of the most 🎲 Total number of games: 450+💰 Deposit methods: Skrill, Skrill, Neteller, Rating: 4.7 choegocasino · ‎Review by VegasSlotsOnline

    BalasHapus